Nia
memiliki sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Sahabatnya itu bernama Wanda.
Saat ini Nia tinggal di Denpasar dan Wanda tinggal di Surabaya. Pada liburan kali
ini, Nia sengaja pergi ke Surabaya untuk bertemu dengan Wanda. Sesampainya di
rumah Wanda, Nia mengetuk pintu.
“Assalamu
‘alaikum!!” sapa Nia.
Wanda
menjawab, “Waalaikum salam!! Nia ya.....??” Kedua sahabat itu saling
berpelukan karena lama tidak bertemu.
“Ayo
masuk Nia...” dengan wajah berseri-seri Wanda mempersilahkan sahabatnya masuk.
Nia
pun masuk ke rumah Wanda dan duduk di kursi ruang tamu. Nia disuguhi beberapa
toples makanan ringan, salah satunya adalah biskuit keju yang berbentuk bulat.
“Nia,
aku buatkan minuman dulu ya.....” Wanda bergegas ke dapur.
Melihat
biskuit keju itu, Nia teringat kejadian sebelum sampai di Surabaya, yaitu di
Bandara Ngurah Rai Bali kemarin sore.
Sambil
menunggu pesawat yang akan menerbangkannya dari Denpasar ke Surabaya, Nia duduk
di ruang tunggu. Ternyata pesawatnya belum datang, terpaksa dia menunggu agak
lama. Sudah 15 menit menunggu, Nia mulai bosan, lalu dia teringat akan biskuit
keju yang dibawanya dari rumah. Bungkusan kue keju itu dia letakkan di
sebelahnya. Diapun memakan biskuit itu sambil mengisi waktu menunggu naik ke
pesawat.
Tetapi tak disangka, seorang bapak yang duduk
di sebelahnya ikut memasukkan tangannya ke dalam bungkusan biskuit tersebut,
lalu mengambil biskuit dan kemudian memakannya.
“Iiiih,
bapak itu kok ikut makan sih...? Tanpa permisi lagi! Gak sopan!!!” Nia bergumam
dalam hati.
Tetapi
bapak itu hanya tersenyum dan memakannya lagi. Tidak mau kalah, Niapun
memakannya dengan kesal.
Nia
dan bapak itu masih berlomba memakan biskuit itu. Sampai biskuit itu berkurang
cukup banyak. Bapak itu tidak mengucapkan kata-kata apapun, hanya senyuman yang
tidak tahu apa maksudnya. Nia juga terus berebut biskuit itu dengan kesal dan
bingung.
“Kenapa
bapak itu masih ikut makan? Memangnya ini punya dia?!” Gerutunya dalam hati.
Sampai
biskuit terakhir, mereka berdua masih berebut dan akhirnya Nia mendapatkan
biskuit terakhir. Dengan kesal Nia berdiri dan meninggalkan bapak itu dan
bungkusan biskuit keju yang telah habis. Nia pun pindah tempat duduk ke kursi lain
yang agak jauh dari bapak itu.
Tak
lama kemudian, nomor pesawatnya disebutkan “JT 538”. Nia bergegas membawa
tasnya menuju pesawat. Setelah menemukan nomor tempat duduknya, Nia pun duduk
dengan tenang. Tak lama kemudian Nia mulai merogoh tasnya untuk mengambil
telpon genggamnya untuk dimatikan agar tidak mengganggu jalannya penerbangan.
“Hmm...
mana ya handphone ku? Loh kok ini??" Katanya sambil terheran-heran.
Bukannya
telpon genggam yang didapatinya, tetapi sebungkus makanan ringan yang masih
tersegel rapi yang berisi biskuit keju berbentuk bulat yang dia bawa dari
rumah.
“Bbbbberrrarti,
yang tadi aku makan di ruang tunggu itu bukan biskuit milikku??” tanya Nia pada
dirinya sendiri.
“Duuh.....
pantas saja bapak itu terus memakannya, karena biskuit itu memang miliknya.
Aduuuh... bapak itu mau memaafkan aku tidak ya?” Sesalnya dalam hati .
Nia
merasa bersalah karena sudah memakan kue
yang bukan haknya dan tidak meminta izin, Nia hanya berharap bapak itu mau
memaafkannya.
Lamunan
Nia buyar ketika Wanda datang sambil membawa minuman dan berkata, “Nia, aku
ingin memperkenalkanmu dengan orangtuaku”.
“Oh...
iya...iya.. boleh” kata Nia sambil tersenyum.
Wandapun
masuk ke ruang keluarga dan memanggil ayahnya. Nia bersiap-siap bertemu dengan
ayah Wanda, diapun berdiri. Wanda mengajak ayahnya ke ruang tamu.
“Nia,
ini ayahku, beliau kemarin baru pulang dari tugas kantor di Bali”, kata Wanda.
“Loh,
kamu kan yang kemarin ketemu di bandara kan?” Tanya ayah Wanda.
Nia
terdiam dan tersipu malu, karena ternyata ayah Wanda adalah bapak yang kemarin
berebut biskuit keju dengannya di bandara.
“Iyaa
Pak, saya Nia, teman Wanda. Saya minta maaf Pak soal yang kemarin itu” Kata Nia
sambil tersipu malu.
“Oh
tidak apa-apa, lagi pula itu hanya biskuit keju” Jawab ayah Wanda sambil tertawa.
“Iya
Pak terimakasih”, jawab Nia sambil tersenyum
Sementara
Wanda masih bengong dan memasang wajah bingung karena tidak mengerti.
*tugas Bahasa Indonesia bikin cerita*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar