Senin, 28 Mei 2012

BISKUIT KEJU



Nia memiliki sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Sahabatnya itu bernama Wanda. Saat ini Nia tinggal di Denpasar dan  Wanda tinggal di Surabaya. Pada liburan kali ini, Nia sengaja pergi ke Surabaya untuk bertemu dengan Wanda. Sesampainya di rumah Wanda, Nia mengetuk pintu.
“Assalamu ‘alaikum!!” sapa Nia.
Wanda menjawab, “Waalaikum salam!! Nia ya.....??” Kedua sahabat itu saling berpelukan karena lama tidak bertemu. 
“Ayo masuk Nia...” dengan wajah berseri-seri Wanda mempersilahkan sahabatnya masuk.
Nia pun masuk ke rumah Wanda dan duduk di kursi ruang tamu. Nia disuguhi beberapa toples makanan ringan, salah satunya adalah biskuit keju yang berbentuk bulat.
“Nia, aku buatkan minuman dulu ya.....” Wanda bergegas ke dapur.
Melihat biskuit keju itu, Nia teringat kejadian sebelum sampai di Surabaya, yaitu di Bandara Ngurah Rai Bali kemarin sore.
Sambil menunggu pesawat yang akan menerbangkannya dari Denpasar ke Surabaya, Nia duduk di ruang tunggu. Ternyata pesawatnya belum datang, terpaksa dia menunggu agak lama. Sudah 15 menit menunggu, Nia mulai bosan, lalu dia teringat akan biskuit keju yang dibawanya dari rumah. Bungkusan kue keju itu dia letakkan di sebelahnya. Diapun memakan biskuit itu sambil mengisi waktu menunggu naik ke pesawat.
 Tetapi tak disangka, seorang bapak yang duduk di sebelahnya ikut memasukkan tangannya ke dalam bungkusan biskuit tersebut, lalu mengambil biskuit dan kemudian memakannya.
“Iiiih, bapak itu kok ikut makan sih...? Tanpa permisi lagi! Gak sopan!!!” Nia bergumam dalam hati.
Tetapi bapak itu hanya tersenyum dan memakannya lagi. Tidak mau kalah, Niapun memakannya dengan kesal.
Nia dan bapak itu masih berlomba memakan biskuit itu. Sampai biskuit itu berkurang cukup banyak. Bapak itu tidak mengucapkan kata-kata apapun, hanya senyuman yang tidak tahu apa maksudnya. Nia juga terus berebut biskuit itu dengan kesal dan bingung.
“Kenapa bapak itu masih ikut makan? Memangnya ini punya dia?!” Gerutunya dalam hati.
Sampai biskuit terakhir, mereka berdua masih berebut dan akhirnya Nia mendapatkan biskuit terakhir. Dengan kesal Nia berdiri dan meninggalkan bapak itu dan bungkusan biskuit keju yang telah habis. Nia pun pindah tempat duduk ke kursi lain yang agak jauh dari bapak itu.
Tak lama kemudian, nomor pesawatnya disebutkan “JT 538”. Nia bergegas membawa tasnya menuju pesawat. Setelah menemukan nomor tempat duduknya, Nia pun duduk dengan tenang. Tak lama kemudian Nia mulai merogoh tasnya untuk mengambil telpon genggamnya untuk dimatikan agar tidak mengganggu jalannya penerbangan.
“Hmm... mana ya handphone ku? Loh kok ini??" Katanya sambil terheran-heran.
Bukannya telpon genggam yang didapatinya, tetapi sebungkus makanan ringan yang masih tersegel rapi yang berisi biskuit keju berbentuk bulat yang dia bawa dari rumah.
“Bbbbberrrarti, yang tadi aku makan di ruang tunggu itu bukan biskuit milikku??” tanya Nia pada dirinya sendiri.
“Duuh..... pantas saja bapak itu terus memakannya, karena biskuit itu memang miliknya. Aduuuh... bapak itu mau memaafkan aku tidak ya?” Sesalnya dalam hati .
Nia  merasa bersalah karena sudah memakan kue yang bukan haknya dan tidak meminta izin, Nia hanya berharap bapak itu mau memaafkannya.
Lamunan Nia buyar ketika Wanda datang sambil membawa minuman dan berkata, “Nia, aku ingin memperkenalkanmu dengan orangtuaku”.
“Oh... iya...iya.. boleh” kata Nia sambil tersenyum.
Wandapun masuk ke ruang keluarga dan memanggil ayahnya. Nia bersiap-siap bertemu dengan ayah Wanda, diapun berdiri. Wanda mengajak ayahnya ke ruang tamu.
“Nia, ini ayahku, beliau kemarin baru pulang dari tugas kantor di Bali”, kata Wanda.
“Loh, kamu kan yang kemarin ketemu di bandara kan?” Tanya ayah Wanda.
Nia terdiam dan tersipu malu, karena ternyata ayah Wanda adalah bapak yang kemarin berebut biskuit keju dengannya di bandara.
“Iyaa Pak, saya Nia, teman Wanda. Saya minta maaf Pak soal yang kemarin itu” Kata Nia sambil tersipu  malu.
“Oh tidak apa-apa, lagi pula itu hanya biskuit keju” Jawab ayah Wanda sambil tertawa.
“Iya Pak terimakasih”, jawab Nia sambil tersenyum
Sementara Wanda masih bengong dan memasang wajah bingung karena tidak mengerti.  

*tugas Bahasa Indonesia bikin cerita*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar